
Cara Dyodoran Review Makanan Kurasi Baru Tayang Kemudian menjadi salah satu figur yang menonjol dalam dunia food vlogging di Indonesia Berasal dari Kota Yogyakarta, Dyodoran telah berhasil membangun reputasinya sebagai kreator konten yang tidak hanya menghibur, tetapi juga bertanggung jawab secara moral terhadap setiap ulasan yang ia tayangkan.
Melalui kanal YouTube miliknya yang telah memperoleh lebih dari 700 ribu pelanggan, Dyodoran secara konsisten membagikan konten video yang berfokus pada ulasan berbagai jenis makanan, baik dari pelaku usaha kuliner lokal maupun nasional. Jumlah pengikut yang terus bertambah menjadi bukti bahwa konten yang ia sajikan memiliki tempat tersendiri di hati para penonton.
Namun, kesuksesan Dyodoran tidak semata-mata didapatkan hanya karena kepiawaiannya dalam berbicara di depan kamera atau kemampuan mengambil gambar makanan dengan sudut menarik.
Lebih dari itu, ia dikenal luas sebagai food vlogger yang mengedepankan etika serta kehati-hatian dalam setiap ulasan yang dipublikasikan ke media sosial.
Cara Dyodoran Review Makanan Menjaga Kredibilitas
Berbeda dari sebagian besar konten kreator yang mungkin langsung mempublikasikan hasil rekaman tanpa proses penyaringan, Dyodoran memilih untuk melakukan kurasi secara ketat terhadap setiap makanan yang ia coba. Tujuannya jelas: menjaga kualitas konten dan memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan benar-benar layak untuk diikuti oleh para penonton.
“Bukan hanya soal enak atau tidak enak. Ketika kita memberi rekomendasi, kita ikut bertanggung jawab terhadap ekspektasi orang yang mencobanya,” ujar Dyodoran dalam sesi wawancara bersama Good News From Indonesia, dalam segmen GoodTalk.
Menurutnya, tidak semua makanan layak untuk diangkat ke dalam konten video. Apabila setelah dicoba ternyata rasa atau kualitas hidangan dirasa kurang layak untuk direkomendasikan, maka tim Dyodoran memilih untuk tidak menayangkannya. Sebaliknya, mereka akan menyampaikan masukan langsung kepada pihak penjual, dengan cara yang santun dan membangun.
Dalam beberapa tahun terakhir, profesi food vlogger menjadi semakin populer di Indonesia. Dengan hanya bermodalkan kamera atau ponsel pintar, ditambah sedikit keterampilan berbicara dan editing, seseorang kini dapat menciptakan konten ulasan makanan yang berpotensi viral dalam waktu singkat.
Tak jarang, ulasan yang dibumbui dengan gaya penyampaian nyeleneh, komentar pedas, atau porsi makanan berlebihan menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik perhatian penonton.
Fenomena ini kemudian memunculkan pertanyaan tentang batasan etika dalam pembuatan konten, terutama ketika ulasan yang dibuat justru merugikan pelaku usaha kuliner kecil yang sedang berjuang membangun usahanya.
Membangun Kepercayaan Lewat Konsistensi
Dyodoran menyadari betul akan hal ini. Ia tidak ingin kontennya hanya sekadar menghibur, melainkan juga mendidik dan membangun. Ia menekankan bahwa seorang food vlogger memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap persepsi publik, sehingga dibutuhkan tanggung jawab lebih dalam menyampaikan informasi yang objektif dan adil.
Bagi Dyodoran, menjaga kredibilitas lebih penting dibandingkan mengejar viralitas semata. Oleh karena itu, ia sangat berhati-hati dalam menyampaikan opini di dalam setiap kontennya.
Tidak ada kalimat yang ia lontarkan tanpa pertimbangan matang, karena menurutnya, satu komentar negatif yang tidak didasarkan pada penilaian objektif bisa berdampak besar terhadap kelangsungan usaha seseorang.
Tim kreatif yang mendukung Dyodoran juga turut berperan dalam proses penyaringan konten. Sebelum konten ditayangkan, mereka bersama-sama melakukan evaluasi terhadap kualitas visual, isi ulasan, serta nilai informasi yang terkandung di dalamnya.
Bila ada bagian yang dinilai kurang tepat atau berpotensi menimbulkan kesalahpahaman, maka akan dilakukan penyuntingan ulang atau bahkan pembatalan tayang.
Salah satu hal yang menjadi ciri khas Dyodoran adalah kemampuannya dalam menyampaikan kritik secara halus namun tegas. Ia tidak segan memberikan masukan kepada pemilik usaha, namun tetap menjaga bahasa dan sikap agar tidak menyinggung.
Menurutnya, menyampaikan masukan secara langsung kepada penjual adalah bentuk apresiasi dan niat baik. Ia memahami bahwa di balik setiap hidangan yang disajikan, terdapat usaha dan kerja keras yang tidak ringan.
Konten yang Mendorong Pertumbuhan Kuliner Lokal
“Kalau makanannya belum layak kami tampilkan, kami sampaikan langsung ke pemilik usahanya. Kami lebih memilih membangun daripada menjatuhkan,” tegasnya.
Selain mengulas makanan dari usaha-usaha besar, Dyodoran juga memberi perhatian pada pelaku UMKM kuliner yang sedang berkembang. Ia percaya bahwa dengan memberikan panggung kepada para pengusaha kecil, ia turut berkontribusi dalam membangun ekosistem ekonomi lokal.
Melalui kanal digitalnya, ia mengangkat cerita di balik dapur, memperkenalkan cita rasa khas daerah, hingga menggali keunikan dari setiap usaha yang ia kunjungi. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya konten, tetapi juga memperluas wawasan kuliner para penontonnya.
Keberhasilan Dyodoran dalam membangun karier sebagai food vlogger tidak terlepas dari konsistensi, integritas, dan kesadaran moral yang ia pegang teguh. Di tengah arus digitalisasi yang begitu cepat dan kompetitif, Dyodoran menunjukkan bahwa popularitas tidak harus dicapai dengan cara instan.
Justru dengan menyajikan konten yang jujur, bermanfaat, dan menghargai sesama, sebuah reputasi positif dapat terbentuk secara berkelanjutan.
Bagi para kreator konten muda yang ingin mengikuti jejaknya, kisah Dyodoran adalah contoh nyata bahwa profesi sebagai vlogger bukan hanya soal kamera dan gimik, tetapi juga tentang kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap dampak dari setiap kata yang diucapkan di depan publik.
Baca Juga : Kuliner Khas Medan yang Cocok untuk Oleh-Oleh, Wajib Bawa Pulang!